Delta Kepri – Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga menggelar rapat koordinasi TA 2018, mendapat kritik keras dari Yayasan Kajang Lembaga Peduli Suku Laut, di Replika Instana Damnah, Kamis (15/3) pagi tadi.
Menurut Ketua Yayasan Kajang Peduli Suku Laut dan aktivis, Densy Diaz, dalam akun Facebooknya mengatakan, Suku laut adalah bagian dari tanah bunda melayu dari zaman kesultanan.
Tapi mengapa suku laut dan asli dari Lingga itu tidak diikut sertakan dalam rapat koordinasi yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga pada hari ini.
“Apakah memang tidak ada lagi suku asli di Kabupaten Lingga ini? Apakah mereka ini hanya menumpang saja di Kabupaten Lingga?,” sebut Densy Diaz, mewakili Suku asli laut dalam akun Facebooknya, Kamis (15/3).
Diaz juga berharap, Bupati Lingga Alias Wello dan Wakil Bupati Lingga M Nizar dapat memperhatikan dan mempertimbangkan agar Suku Laut tidak ditinggalkan dan dilupakan begitu saja.
Seperti yang terjadi saat ini, Diaz prihatin dengan sikap Dinas Kebudayaan Lingga yang tidak turut menyertakan suku laut dalam rakor besar tersebut.
“Mereka tidak minta untuk di no 1 kan, tapi kita harus ingat, Suku Laut adalah suku asli Kabupaten Lingga. Mereka punya budaya, punya adat istiadat dan bahkan tetua-tetua suku di setiap kelompok itu masih hidup,” kata Diaz.
“Mereka harusnya di undang untuk menggali lagi budaya dan istiadat mereka. Apakah mereka terlalu kumuh, kotor, hitam sehingga mereka tidak di undang dalam pertemuaan besar itu,” sambung dia.
Dalam akunnya itu, Diaz tampak berang dan meluapkan kekesalannya tentang ketidak pedulian Dinas Kebudayaan Lingga.
“Saya sebagai aktivis suku laut, dan sebagai ketua Yayasan Kajang Kepri yang peduli suku laut, sangat prihatin akan hal ini,” tutupnya. (Simarmata)
Komentar
Posting Komentar